May 02, 2011

Sejarah Selancar Sungai (River Boarding)

Selancar Sungai (Riverboarding)


Kegiatan selancar sungai mirip belajar naik sepeda, mengatur keseimbangan, bagaimana membelok, dan sebagainya. Lebih mudah langsung dicoba daripada diuraikan teorinya. Jadi, tidak usah melanjutkan membaca artikel ini kalau hanya ingin tahu cara memainkannya. Tapi, apa sebenarnya selancar sungai itu? Ada teman yang menggambarkannya sebagai bersepeda downhill tanpa rem. Well, tidak sepenuhnya begitu. Berselancar di atas (atau kadang di bawah) sebilah papan mengarungi arus, menembus jeram, ada seninya. Makin dikuasai makin dapat kita kendalikan, kita lambatkan atau percepat, meliuk seperti pemain skateboard, bahkan diajak berakrobat seperti BMX.


Sejarah Selancar Sungai (river boarding)

Riverboarding lahir pada tahun 1970an. Awalnya muncul dari kebosanan sekelompok pemandu rafting di Perancis. Mereka menginginkan berenang di sungai dengan cara yang lebih menarik, lebih menantang. Maka orang-orang yang sudah sangat akrab dengan karakter sungai itu mengikat beberapa jaket pelampung menjadi satu, lalu terjun. Ya, sesederhana itulah cikal bakal lahirnya riverboard. Harus diakui, orang Perancis memang paling kreatif menciptakan tantangan yang tak terbayangkan sebelumnya.
Salah satu faktor tantangan dalam kegiatan yang juga dikenal dengan sebutan hydrospeed ini adalah kecepatan. Pada bagian arus yang sangat deras, kecepatan peselancar bisa melebihi 30 km per jam. Sama sekali tidak cepat jika dibandingkan kebut-kebutan dengan sepeda motor. Namun, tantangan lainnya adalah hubungan langsung antara pelaku dengan sungai. it's just between you and the river , begitu semboyan para pecintanya. Papan selancar modern yang umumnya terbuat dari karet busa itu berketebalan 8-12 cm. Di air sungai yang bergolak, terkadang papan setebal itu tidak berarti apa-apa. Dengan perahu karet atau kayak, kita seringkali ditelan jeram. Dengan riverboard, hampir sepanjang waktu kita berada sejajar dengan permukaan air. Sisanya, sebentar terbenam sebentar terlempar ke udara. Itu sebabnya ada situs internet tentang selancar sungai memasang judul Face Level (www.facelevel.com).

Tak lama berselang, orang-orang Perancis pencetus riverboarding ini mengganti pelampung yang awalnya sekadar diikat dengan karet busa. Bentuknya pun terus dikembangkan, hingga mencapai bentuk dasar papan selancar sungai yang dikenal sekarang.

Kini, riverboarding sudah menyebar luas di Eropa, Amerika dan Australia serta Selandia Baru. Namun kata Robert Carlson, salah satu tokoh riverboarding modern, sebenarnya kegiatan hydrospeed sudah ada sejak zaman prasejarah! Bagaimana bisa? Menurut Carlson, siapa pun yang melompat masuk ke sungai dengan alat pengapung apa pun, lalu berselancar mengikuti arus, dapat dikategorikan sebagai peselancar sungai. Misalnya, ada kelompok-kelompok manusia purba yang memanfaatkan pohon tumbang atau balok kayu sebagai alat transportasi. Sampai sekarang pun kegiatan semacam itu tetap ada. Contoh, coba main ke desa-desa dekat sungai. Anak-anak usia SD dengan santai berceburan di sungai deras acapkali hanya dengan batang pisang atau bambu. Seolah jaman prasejarah masih berlangsung.

Kenapa riverboarding sangat terlambat masuk Indonesia? Rasanya bukan hanya soal harga, walaupun harga riverboard di internet rata-rata di atas 3 juta kalau dirupiahkan. Mungkin yang lebih berperan adalah lambatnya arus informasi. Sekarang, dengan mudahnya kita bisa berselancar di internet, mudah-mudahan arus informasi jadi sekencang arus sungai sehabis hujan di hulu, sehingga kita di Indonesia segera dapat menyelancari sungai-sungai kita yang tak terhitung potensi dan tantangannya, bahkan berpartisipasi dalam lomba-lomba hydrospeed yang sudah banyak digelar di mancanegara.

Perlengkapan Selancar Sungai (river boarding)

Kalau carrier dan sepatu trekking adalah perlengkapan dasar dalam mendaki gunung, maka perlengkapan dasar riverboarding tentunya riverboard. Setelah itu ada perlengkapan keselamatan, yaitu pelampung, helm, serta pelindung lutut dan tulang kering. Selain itu, ada sepatu katak sebagai perlengkapan pembantu.

Papan selancar sungai
Ada dua jenis bahan yang biasa digunakan untuk membuat riverboard modern, yaitu karet busa dan campuran plastik tahan bentur. Yang paling banyak dikembangkan adalah papan busa, karena lebih tahan benturan. Papan plastik berongga umumnya digunakan di sungai-sungai yang tidak banyak batu atau lebih dalam. Bobotnya ringan, sekitar 7 kg. Dapat dibuat dengan bentuk yang aerodynamic, sehingga sering dipakai untuk lomba kecepatan dan slalom. Sedangkan papan karet busa beratnya antara 7-15 kg. Ada bentuk-bentuk khusus racing, free style, boogie, rescue.

Pelampung
Walau anak-anak desa biasa bermain di sungai yang cukup deras hanya bercelana kolor, pelampung tetap syarat mutlak dalam riverboarding. Pertama, karena kita tak seakrab mereka dengan karakter sungai. Andai pun ketrampilan renang kita sehebat para bolang itu, azas mengutamakan keselamatan jangan ditawar jika kita ingin melakukan kegiatan secara bertanggungjawab. Kedua, bukan rahasia lagi para pelaku kegiatan di alam terbuka umumnya makin terangsang jika risikonya makin besar. Jeram-jeram kecil, yang mungkin masih cukup aman diarungi tanpa pelampung oleh perenang ulung, dengan segera menjadi kurang menantang jika kita bersenjatakan papan selancar. Tanpa sadar kita akan melampaui batas dalam rangka mencari jeram yang lebih berat. Jadi, biasakanlah sejak awal untuk memakai pelampung.

Pelampung yang tepat untuk kegiatan ini adalah pelampung sungai yang biasa dipakai ber-kayak. Berbeda dengan pelampung untuk rafting, pelampung kayak dikenakan seperti kita mengenakan kaos oblong, atau dengan restleting di depan, webbing pengetat ada di kedua sisi.

Helm sungai

Sama dengan pelampung, helm mutlak untuk keselamatan. Helm yang biasa dipakai untuk rafting cukup memadai. Namun seiring dengan naiknya tingkat kesulitan sungai yang kita pilih, pertimbangkanlah helm khusus, yang batoknya menutup telinga dan berfungsi melindungi bagian sisi kepala. Helm khusus selancar sungai juga mempunyai pelindung mata seperti helm motor, hal ini untuk menghindarkan mata kita dari cipratan air yang bisa memedihkan kalau kita tabrak dalam kecepatan tinggi. Jika menggunakan helm ini, kita bisa memasuki jeram besar dengan mata terbuka lebar.

Pelindung lutut dan tulang kering

Seperti juga helm, ada pelindung lutut dan tulang kering yang dirancang khusus untuk berselancar sungai. Tapi cukup aman bila digantikan dengan pelindung softball. Pelindung khusus memiliki tempurung pelindung lutut, menyatu dengan bahan yang lebih empuk untuk pelindung tulang kering.

Sepatu katak

Berbeda dengan pelampung, helm dan pelindung kaki, yang merupakan syarat keselamatan, sepatu katak atau swimming fin memudahkan kita melakukan manuver. Tanpa fin kita mungkin hanya hanyut terbawa arus. Sepatu katak bisa tidak digunakan jika kita hanya ingin bersenang-senang di arus yang tidak terlampau deras. Fin yang kita pilih tidak perlu yang berkualitas top, cukup yang kelas menengah saja, dengan harga sekitar seratus ribu rupiah lebih. Fin untuk selancar sungai bentuknya pendek dan agak kaku. Fin dapat membantu kita melaju lebih cepat dari arus sungai, sehingga mampu menghindari pusaran yang tak ingin kita lalui, atau justru berpacu memasuki jeram yang menantang.

Perlengkapan lain

Beberapa perlengkapan lain dapat meningkatkan kenikmatan kita dalam berselancar sungai. Sarung tangan motor dapat mengurangi risiko telapak tangan lecet terkena pegangan papan selancar. Kacamata renang, jika kita tidak menggunakan helm khusus yang berpelindung mata, akan membuat kita lebih tahan lama di air tanpa mata menjadi merah. Bagi yang berkacamata minus, dapat membeli kacamata renang dengan lensa sesuai dioptri kacamata. Ada juga yang memasukkan pakaian selam (wetsuit) ke dalam daftar ini, karena bisa membantu menghindari lecet jika mengarungi bagian sungai yang dangkal berbatu, juga menambah daya apung (buoyancy), walaupun sedikit menghambat gerakan. Perlengkapan tambahan lainnya adalah kantong air (hydration pack), terutama jika kita berselancar jarak jauh seharian, karena walaupun selalu berendam di air, kekurangan cairan tubuh akan mempermudah otot terserang kram.

Pengembangan

Seperti halnya hampir semua kegiatan di alam terbuka, selancar sungai bisa menjadi kegiatan santai hingga bentuk petualangan yang sangat berbahaya. Para petualang riverboarding mengejar tantangan hingga ke sungai-sungai buas di Afrika, antara lain Sungai Zambesi, salah satu Everest-nya arung jeram. Di lain sisi, banyak sungai yang membelah kota di Eropa ramai pada akhir minggu oleh para peselancar, mereka melepas ketegangan syaraf dengan ber-freestyle, atau melepas ketegangan otot dengan ber-jogging di atas riverboard. Sayang, kebanyakan sungai kota di negara kita kurang menarik selera karena harum sampahnya.
Mirip rafting, canoeing dan kayaking, riverboarding juga dikompetisikan dalam beberapa mata lomba. Selain kecepatan, ada halang rintang, slalom, bahkan rally jarak jauh. Dan masih terbuka banyak kemungkinan untuk menggabungkannya dengan jenis kegiatan lain, seperti bersepeda cross country, trail running, panjat tebing, sehingga menjadi multilomba yang kreatif.
Selain sehat fisik dan kuat mental, ketrampilan renang terbukti membantu kita bermanuver dan meminimalkan bahaya atau resiko subyektif, yaitu yang datang dari diri kita sendiri. Tapi, seperti juga pada jenis-jenis kegiatan di alam terbuka yang lain, selalu ada bahaya obyektif, yaitu yang datang dari alam atau medan. Selancar sungai sepenuhnya aman, jika kita mampu membaca karakter sungai dan tanda-tanda alam serta mematuhinya. Setelah mengenal alat di tepian, memfasihkan teknik-teknik di jeram kelas III dan IV, tidak bijaksana langsung terjun ke kelas V tanpa ba-bi-bu. Petualang yang sudah kenyang asam garam sungai tidak menganggap scouting, meninjau bagian sungai yang akan dilalui, sebagai kurang heroik.
Selancar sungai membutuhkan mental yang kuat dan tidak mudah panik. Karena menghadapi jeram, apalagi yang berenteng, dituntut untuk mampu mengambil keputusan dengan sangat cepat. Menghadapi standing wave 3 meter, atau bahkan melompati air terjun kecil, pasti akan memompa kencang adrenalin. Dan mungkin itulah yang menyebabkan kita kembali lagi dan lagi.

Selamat mencoba....






Sumber: Eiger Adventure News (EAN) Edisi 47 #Juli-Agustus

Sejarah Singkat WANADRI

Nama Wanadri berasal dari bahasa Sansekerta. Wana berarti hutan dan adri itu gunung. Wanadri berarti gunung di tengah-tengah hutan.

Visinya berdasar AD/ART adalah menajadi organisasi pendidikan untuk mendidik manusia, khususnya anggotanaya untuk mempunyai nilai-nilai yang terkandung dalam hakekat dan janji Wanadri.

Tujuan Wanadri Membentuk manusia yang mandiri, ulet, tabah. Mendidik anggotanya menjadi manuasia Pancasilais sejati, percaya pada kekuatan sendiri



[Image: 180px-Wanadri.jpg]

Gagasan untuk mendirikan Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung Wanadri dicetuskan oleh sekelompok pemuda yang sebagian besar adalah bekas pandu pada bulan Januari 1964. Perhimpunan ini kemudian diresmikan pada tanggal 16 Mei 1964. Wanadri terdiri dari sekelompok orang yang mencintai kehidupan di alam bebas. Wanadri lebih jauh lagi merupakan masyarakat tersendiri, yang memiliki aturan dan norma baik tertulis maupun tidak, namun semua itu berlaku dan dihormati.

[Image: kawah.jpg]
[Image: Berhadapan-Dengan-Sahabat%5B1%5D.jpg]
Pengembaraan di gunung-gunung yang tinggi, hutan rimba yang lebat, jurang-jurang yang dalam, tebing-tebing yang terjal, bergulat dengan arus deras, riam atau jeram, bahkan lautan luas. Hal ini disadari atau tidak tentu akan memberi pengaruh pada bentuk karakter pribadi seseorang. Berbagai rintangan yang dihadapi di dalam pengembaraan akan membuat orang menjadi lebih tabah, tidak mudah putus asa. Di tengah kebesaran alam, keindahan dan mungkin keganasannya, seorang Wanadri akan semakin menyadari keagungan Tuhan Sang Pencipta.

WANADRI telah mengembangkan berbagai pengetahuan dan keterampilan hidup dialam bebas. Olah Raga Arus Deras (ORAD), pendakian tebing terjal (rock climbing), pendakian gunung es dan salju adalah aktivitas yang selalu dikembangkan oleh Wanadri. Melalui Badan Pendidikan dan Latihan, Wanadri kerap kali mengadakan sekolah khusus untuk keterampilan di alam terbuka.

Sifat keanggotaan dalam Wanadri ada dua, yaitu
(1) Anggota biasa, yang telah mengikuti pendidikan dasar dan program lain hingga punya nomor pokok.

(2) Anggota luar biasa, yang terjadi dari :
a. Anggota kehormatan,
b. Anggota pelindung,
c. Tenaga ahli, dan
d. Donatur.

Angkatan-angkatan dalam keanggotaan Wanadri
1. Pendiri 1964
2. Pelopor 1964
3. Singawalang - Srikandi 1964
4. Lawang Angin Kayu Putih 1965
5. Angin Rimba - Anggrek Liar 1967
6. Hujan Kabut - Pendobrak
7. Tapak Rimba - Saliara
8. Angin Lembah - Puspa Rimba 1973
9. Kabut Singgalang - Bunga Manik
10. Rawa Laut - Acintia Panka 1978
11. Kabut Rimba - Kaliandra 1980
12. Elang Rimba - Medinilla 1982
13. Badai Rimba - Altingia 1984
14. Topan Rawa - Brukmancia
15. Bayu Rawa - Green Pinka
16. Tapak Lembah - Kayu Api 1993
17. Elang Rawa - Pualam 1996
18. Kabut Lembah - Kartika 1999
19. Api Rawa - Puspa Kaldera 2001
20. Hujan Rimba

[Image: leuser1.jpg][Image: himalayacamp1.jpg]


Sumber : WANADRI

Awal Mula Arung Jeram / Rafting

Sejarah Arung Jeram


Arung Jeram – Kalau kita berwisata ke bandung selatan disitu terdapat Situ Cileunca, dimana disitu sering digunakan sebagai arena arung jeram. Seperti yang kita ketahui, arung Jeram adalah sebuah olah raga menantang yang sangat berbahaya, Namun bagi orang-orang yang suka tantangan, olahraga ini menjadi salah satu olah raga favorit. Bagaimanakah awal mula sejarah arum jerang? Berikut awalmula.com sajikan untuk Anda semua, sejarah arung jeram.
Sejak zaman purba kala manusia yang mendiami bumi ini lebih banyak tinggal di daerah dimana terdapat banyak air. Dalam melangsungkan hidupnya manusia selalu mengarungi sungai-sungai untuk mencari bahan makanan atau yang lainnya. Dan peralatan yang mereka pergunakan adalah benda-benda yang terdapat disekitar mereka misalnya, batang pohon yang diikat banyak sebagai media untuk mengapung. Ada juga yang membuat perahu dari batang pohon yang besar dimana batang pohon tersebut kemudian dilubangi. Suku di Canada zaman dahulu telah memulai pengembangannya, lalu orang-orang Carib Indian mengembangkannya dan menamakannya Pirogue, sedangkan orang primitif biasa menyebutnya Dug Out Canoe. Orang-orang Maoris dari New Zealand mengembangkan Dug Out Canoe maha besar untuk mengangkut pasukan tempur mereka. Sementara suku Kwakiuti Indian daei Vancouver, Canada mengiasi perahu mereka dengan ukiran yang indah. Bark Out Canoe adalah pengembangan dari Dug Out Canoe, dimana dibuat dari tempelan papan-papan oleh orang Indian Amerika Utara. Orang Eskimo mencip takan Skin Covered Craft yaitu perahu yang dibungkus dengan kulit binatang agar tidak tembus air.
Akhirnya pada abad 19 seorang pramuka bernama John Macgregor mengembangkan kendaraan air ini untuk rekreasi dan olah raga. Zaman terus berkembang, orang tertarik akan keindahan dan lingkungan sungai dan terus mengembangkan kegiatan ini. Material perahu ini juga berkembang hingga ke plastik, aluminium, fiberglass dan karet.
Selanjutnya orang mulai berfikir bagaimana caranya agar dapat mengarungi sungai dengan kendaraan yang dapat menampung penumpang lebih banyak dan perbekalan. Setelah perang dunia II usai, perahu angkatan laut milik Amerika mulai digunakan untuk mengarungi sungai. Namun perahu ini didesain untuk menerjang ombak laut, bukanlah untuk di jeram. Arung jeram dilakukan dengan menggunakan perahu bulat yang disebut”Basket Boat” karena bentuknya mirip keranjang. Perahu ini selalu penuh dengan air bahkan hanya dengan melewati jeram kecil. Sampai saat ini perahu jenis ini masih digunakan pada sungai yang mudah.
Di tahun 1950, sebagai kegiatan yang mulai banyak digemari, kualitas perahupun ditingkatkan. Maka mulailah diproduksi perahu khusus untuk arung jeram dengan bentuk khusus yang naik dibagian depan dan belakangnya dengan material yang lebih kuat dan dapat mengangkut orang dan perbekalan lebih banyak.
Sampai tahun 1983, para pengarung jeram tidak mempunyai pilihan lain selain menimba air keluar perahu setelah melewati jeram. Para pengarung jeram sering mengalami “mimpi buruk” bila harus kehilangan “timba alias ember” untuk menimba perahu.
Setelah beberapa macam perahu dicoba, tahun 1983 perahu dapat mengeluarkan air sendiri disebut”Self Bailer” berhasil diproduksi oleh Jim Cassady. Kunci sukses perahu ini adalah lantainya yang diberi angin. LAntai yang berisi udara ini akan selalu mengapung di atas permukaan air sehingga dengan sendirinya air keluar lewat lubang disekeliling lantai perahu.
Negara kita yang hampir sebagian besar terdiri dari air tidaklah mengherankan kalau sejak dulu kala bangsa kita sudah mengenal pengarungan sungai. Misalnya di pulau Kalimantan suku-suku Dayak telah lama mengarungi sungai MAhakam atau Kapuas dengan perahu biduk, yang juga terbuat dari batang pohon yang dilubangi, juga suku-suku pedalaman di Irian, yang hidup disekitar sungai Mamberamo. Dan suku-suku lain di nusantara ini.
Sedangkan kegiatan pengarungan sungai berarus deras dengan menggunakan perahu karet yang tercatat dalam sejarah adalah ketika diselenggarakannya Lomba Arung Sungai Citarum I yang diadakan oleh kelompok pendaki gunung dan penempuh rimba Wanadri, Bandung, yang juga mendapat dukungan dari Angkatan LAut kita.
Momen ini boleh dikatakan sebagai titik tolak dari perkembangan arung jeram di Indonesia. Klub-klub pecinta alam seperti Wanadri dan MApala UI yang kemudian melakukan serangkaian kegiatan ekspedisi. Selain menggunakan perahu karet kegiatan ini juga sudah dikembangkan dengan menggunakan kayak dan canoe.
Ekspedisi Internasional pertama di bidang arung jeram ini dilakukan oleh klub Aranyacala Trisakti yang mengarungi sungai-sungai bagian CAlifornia, ,Oregon dan Idaho, USA pada tahun 1992.
Melihat perkembangan yang sangat pesat dari kegiatan ini pada era 90-an, bebrapa penggiat mulai membutuhkan suatu wadah komunikasi bagi para penggiat arung jeram di Indonesia. Pada tanggal 29 Maret 1996, berdiri Federasi Arung Jeram Indonesia, yang dibidani oleh 30 klub arung jeram baik komersil maupun amatir. Ini adalah satu titik tolak menuju perkembangan orde baru dalam dunia arung jeram Indonesia

sumber: mahatala-uhn.tripod.com

May 01, 2011

Asal Mula Outbound

Pada awalnya dikenal dengan istilah outward bound mengambil dari istilah pada saat kapal siap pergi dari pelabuhan menuju lautan lepas. Istilah ini dipergunakan oleh pelopor kegiatan pelatihan luar ruang yang merupakan tokoh pendidikan berkebangsaan Jerman, Dr Kurt Hahn yang mendirikan Outward Bound Trust pada tahun 1946 dengan didahului mendirikan Outward Bound School di Aberdovey, United Kingdom pada tahun 1941.
Dr Kurt Hahn memiliki visi yang jauh ke depan tentang bagaimana generasi muda memiliki peran yang penting dalam pengembangan kehidupan manusia dimana tantangan yang ada semakin besar dan terkadang membuat generasi muda saat itu terlena. Masa damai yang ada dan berbagai kemudahan karena perkembangan teknologi dan industri saat itu membuat ketahanan mental generasi muda semakin berkurang dan cenderung kalah dari generasi yang lebih tua yang turut mengalami kesulitan pada saat Perang Dunia I.
Konsep ini pertama kali dijalankan di Jerman, tetapi kebangkitan Hitler telah mendesak Hahn untuk pindah ke Inggris. Pada tahun 1934, Hahn berhasil mendirikan sebuah sekolah di sebuah desa di Inggris, Gordonstoun School dengan hanya 2 murid. Murid ketiga adalah Prince of Greece yang kemudian menjadi HRH Duke of Edinburgh yang akhirnya mendorong perkembangan sekolah tersebut.
Melalui berbagai proses, akhirnya pada tahun 1941 Hahn bertemu dengan Laurence Holt seorang pengusaha kapal yang prihatin tentang kemampuan pelaut muda (junior) dalam bertahan hidup (survival) yang sangat rendah dibandingkan para pelaut senior. Holt sangat mendukung metose pelatihan yang dikembangkan oleh Hahn sehingga berdirilah Outward Bound School yang pertama di Aberdovey, UK.

Dalam perkembangannya, metode yang dikembangkan oleh Dr. Kurt Hahn semakin meluas ke seluruh dunia dan sampai di Indonesia. Perkembangan di Indonesia dimotori oleh Djoko Kusumowidagdo, MBA dan Elly Tjahja pada tahun 1990 dengan mendirikan Outward Bound Indonesia (OBI) dan kemudian diikuti oleh berbagai provider lainnya sampai saat ini.
Kegiatan yang berfokus pada pengembangan diri melalui pembelajaran di alam terbuka ini saat ini sudah mengalami berbagai modifikasi dalam waktu dan program. Metode ini tidak hanya dipergunakan di kalangan sekolah, tetapi juga sudah merambah ke pelatihan-pelatihan di perusahaan baik kecil maupun besar. Ada yang menyebutkan company outing, team building, adventureeducation, motivation training, outbound dan berbagai istilah lainnya.
Apapun penyebutannya, pelatihan ini mengusung tema bahwa pembelajaran yang terbaik adalah dengan mengajak seseorang untuk melakukan dan mengalami sebuah peristiwa untuk dapat diambil hikmah dalam kehidupan sehari-hari untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya dan bersiap untuk menerima ketidakpastian yang ada dalam hidup ini seperti sebuah kapal yang berangkat dengan sebuah tujuan menghadapi lautan luas yang tidak pasti . . . .
(janaka, Agustus 2010)
We are also selling Outbound Equipment :

1. Rafting Boat
2. Banana Boat
3. Helmet
4. Life Vest
5. Sandals
6. Tent
and many more.

Outbound Package :
(updating data in progress, please wait or contact our admin)

For more info, please contact our Admin. Thanks

Popular Posts

Blog Archieves